Jaja Laklak adalah dari asal kata jaja yang berarti jajanan atau kue yang secara umum adalah kudapan atau makanan ringan yang biasanya bercita rasa manis,gurih dan asin yang dibuat dari adonan tepung beras,tapioka,sagu dan terigu. Laklak berasal dari kata la(dibaca le) yang diterjemahkan menjadi “lengah” dan kata lak diterjemahkan “yang akan datang”. jadi secara etimologi diartikan jangan lengah dengan kehidupan yang akan datang dan dimaknai sebagai sebuah kehidupan yang harus penuh dengan kewaspadaan tau eling lan waspada (Wawancara dengan Ida Pedande Gede Buruan Manuaba di Geriya Gede Manuaba Punggul,Kamis tanggal 18 Februari 2021).
Jaja laklak jajanan ini memiliki bentuk yang mirip dengan kue serabi (Jawa) atau surabi(Sunda dan Bandung). jaja laklak diperkirakan sejak jaman Dang Hyang Dwijendra pada masa pemerintahan dalem waturenggong yang berkuasa di Puri Gelgel-Klungkung,Bali. Jadi diperkirakan awal mula Jaja Laklak telah ada sejak akhir abad ke-15, Ketika Dang Hyang Nirartha sampai ke Bali dan menjadi pendeta dengan nama ang Hyang Dwijendra pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong yang berpusta di Gelgel.
Peranan Dang Hyang Dwijendra di bidang keagamaan sangat besar dalam hubungan penggunaan bunga maupun jaja sebagai sarana upacara dan juga dasar kehidupan agama Hindu meliputi tatwa, agama, susila dan upacara. Dalam hal upacara tentang pemakaian sesajian atau banten sebagai seni tersendiri dengan sarat akan simbol-simbol, sajian atau banten oleh Dang Hyang Nirartha dibagi dalam tiga jenis yaitu nisa(sederhana),Madya (agak rumit)dan Utama (sajian mewah dan rumit biasanya dibuat oleh kaum berada).
Kemudian Bagaimana proses pembuatan jaja laklak, serta fungsi dan nilai dalam jaja laklak, baca lengkapnya di buku Inventarisasi Karya Budaya : Jaja Laklal di Kabupaten Tabanan Provinsi Bali oleh I Putu Kamasan Sanjaya, I Wayan Suca Sumadi, I Made Purna, Nuryahman, Wakhyuning Ngarsih dengan kode 641.5959-253#211620 di Perpustakaan Pusat Undiksha.